Kamis, 19 April 2012

KEPEMIMPINAN ( Pendekatan dari segi situasi )

KEPEMIMPINAN ( Pendekatan dari segi situasi )

1. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Fenomena organisasi pada umumnya tidak terlepas dari peranan, kegiatan, dan keterampilan pimpinan organisasi. Sebaliknya, perkembangan fenomena organisasional juga membentuk peranan-peranan keterampilan baru bagi pimpinan organisasi. Keduanya saling membentuk satu sama lain. Para ahli dalam bidang ini memandang bahwa fenomena organisasional dapat dijelaskan dalam kerangka kuasa-menguasai dan pengaruh-mempengaruhi.
Pemimpin organisasi pada umumnya dipandang sebagai orang yang berusaha menguasai dan mempengaruhi orang atau kelompok agar dapat melakukan dan mengerjakan sesuatu sebagai bagian dari usaha mencapai kebaikan organisasi. Kekuasaan yang dimaksud adalah potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi dan mengemudikan orang lain agar berpikir dan bertindak sesuai dengan yang diinginkannya.

A. Beberapa sumber dan dasar kekuasaan.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya
kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga
berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.
Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa
wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.

B. Definisi kepemimpinan.
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang atau perspektif-perspektif dari para peneliti yang bersangkutan, misalnya dari perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Stogdill (1974: 259) menyimpulkan bahwa terdapat hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah mencoba mendefinisikannya. Lebih lanjut, Stogdill (1974: 7-17) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikirannya.






C. Teori Kepemimpinan
1. Teori-teori dalam Kepemimpinan
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.

b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

Ø Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.

Ø Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.

c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.

1. Pendekatan Kepemimpinan Berdasarkan Sifat atau Ciri-ciri
Pendekatan sifat pada kepemimpinan artinya rupa dari keadaan pada suatu benda, tanda lahiriah, ciri khas yang ada pada sesuatu untuk membedakan dari yang lain.
Dalam menentukan pendekatan sifat ini ada dua jenis pendekatan, yaitu :
1. Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak menjadi pemimpin. Pemimpin lebih terbuka dan lebih percaya diri. Tetapi ada juga orang yang punya sifat seperti itu namun, tidak jadi pemimpin, dan sebaliknya ada juga orang yang tidak memiliki sifat tersebut, tetapi ia jadi pemimpin. Misalnya Abraham Lincoln bersifat pemurung dan tertutup, Napoleon badannya agak pendek
2. Membandingkan sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang tidak efektif. Intelegensi, inisiatif, dan kepercayaan diri berkaitan dengan tingkat manajerial dan prestasi kerja yang tinggi. Kepemimpinan efektif tidak bergantung pada sifat-sifat tertentu, melainkan lebih pada beberapa corak sifat-sifat pemimpin itu dengan kebutuhan dan situasinya.


2. Pendekatan Tingkah Laku Pada Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif sebagaimana telah diuraikan sebelumnya melalui pendekatan kesifatan, namun pengertian dan pemahaman tentang kepemimpinan yang efektif yang umum diketahui hanyalah yang melekat pada ciri seseorang dari sifat-sifat tertentu yang tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan pemimpin efektif.
Dinamika manusia yang kemudian menampakkan diri pada dinamika organisasi dan dinamika masyarakat sebagai keseluruhan merupakan faktor pendorong bagi berbagai jenis kemajuan yang dicapai manusia. Dorongan untuk maju timbul karena hasrat dan keinginan manusia untuk meningkatkan kemampuannya untuk memuaskan berbagai jenis kebutuhannya yang semakin lama semakin kompleks
Berbarengan dengan peningkatan kebutuhan maka semakin tinggi hasrat manusia untuk masuk berbagai jenis organisasi. Maka semakin berkembang persepsi yang berkisar pada pandangan bahwa kehidupan organisasional perlu dijamin adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Dalam hubungan organisasi para anggotanya, sering dirumuskan bahwa hak organisasi diperolehnya melalui penunaian kewajiban oleh para anggotanya dan sebaliknya hak para anggota organisasi merupakan kewajiban organisasi untuk memenuhinya. Pandangan ini biasanya mengejawantahkan pada tuntutan adanya kepemimpinan yang demokratik dalam organisasi yang bersangkutan.

3. Perilaku Berdasarkan Orientasi Pada Bawahan dan Produksi
Pada waktu bersamaan dengan penelitian yang dilakukan Universitas Ohio State, dilakukan pula studi tentang kepemimpinan yang dilakuan oleh Universitas Michigan. Sasaran yang ingin dicapai dengan studi tersebut hampir sama dengan sasaran penelitian yang dilakukan oleh Universitas Ohio State, yaitu berusaha mengidentifikasikan karakteristik perilaku pimpinan yang tampaknya berkaitan dengan efektivitas.
Studi yang diselenggarakan oleh Universitas Michigan menggunakan dua dimensi kepemimpinan yang diberi nama orientasi pada bawahan dan orientasi pada produksi
Beberapa perilaku pimpinan dengan orientasi bawahan ialah:
a) Penekanan pada hubungan atasan dan bawahan
b) Perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya
c) Menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang terdapat dalam diri para bawahan tersebut
Sebaliknya pimpinan dengan orientasi produksi menunjukkan perilaku seperti:
a) Cenderung menekankan segi-segi teknis dari pekerjaan yang harus dilakukan oleh para bawahan dan kurang pada segi manusia
b) Pertimbangan utama diletakan pada terselenggaranya tugas, baik oleh per orang dalam satuan kerja tertentu maupun oleh kelompok-kelompok kerja yang terdapat dalam organisasi
c) Menempatklan pencapaian tujuan dan penyelesain tugas di atas pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut unsur manusia dalam organisasi
Salah satu kesimpulan yang menarik dari studi oleh Univeristas Michigan itu ialah bahwa pada umumnya pimpinan yang berorientasi pada bawahan ternyata lebih efektif dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya dibandingkan dengan para pemimpin yang berorientasi pada produk. Tingkat produktivitas kerja, tingkat kehadiran di tempat kerja, kepuasaan kerja merupakan ukuran-ukuran yang digunakan untuk melihat tingkat efektivitas tersebut. Seseungguhnya kesimpulan demikian tidak mengherankan dan bahkan memperkuat filsafah manajemen modern yang menempatkan manusia pada posisi sentral dalam kehidupan berorganisasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar